Dengangusarnya Nabi Musa, kemudian ia berupaya untuk menghardik Nabi Khidir, "Mengapa kamu bunuh anak yang tak berdosa, sedangkan anak kecil itu belum pernah membunuh? Sungguh kamu telah melakukan perbuatan yang munkar." Khidir berkata, "Bukankah sudah aku katakan bahwasanya kamu tidak akan mampu untuk bersabar dalam mengikutiku.
GusDur juga cerita bahwa pada saat Muktamar NU 1984 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, saat itu Gus Dur duduk bersama KHR As'ad Syamsul Arifin. Sedangkan forum Muktamar NU telah memutuskan bahwa untuk menentukan Rais 'Am dan Ketua Umum PBNU dengan Ahlul Halli wal Aqdi tunggal yaitu KHR As'ad Syamsul Arifin.
Namunada seorang penipu yang dianugerahi bertemu dengan Nabi Khidir, penipu tersebut bernama Bakhtiar Baba. Baca Juga: KERAMAT WALI, Syekh At-Tirmidzi Murid dari Nabi Khidir Mampu Membelah Sungai Oxus. Suatu ketika ada raja yang bertanya kepada penasihatnya, apakah mengetahui tentang kisah Nabi Khidir. Penasihat tersebut menjawab bahwa dia
61 Kisah Gus Miek dan Semut 6.2 Harimau Penjaga Gus Miek 6.3 Ikan Piaraan Nabi Khidir. 7 Kisah-kisah 7.1 Kisah Kewalian 7.2 Kisah Tentang Perempuan dan Kacamata 7.3 Kisah Bersama Presiden Ke-4. 8 Referensi. 1 Riwayat Hidup dan Keluarga 1.1 Lahir. KH.
ad_1] Kisah Gus Baha tentang pertemuan seorang wali ibadah dan wali tidur. Tentang seorang ulama yang bisa jadi wali karena tidur. Ini juga cerita tentang keluasan makna ibadah dan substansi ajaran agama. Selama ini kita selalu membayangkan menjadi wali adalah perkara yang rumit. Karena untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui ritual peribadatan []
Dikutipdari buku Ma'ariful Auliya (82 Kisah Hikmah dari 60 Kekasih Allah) karya Muhammad Khalid Tabits, selain Nabi Musa berikut deretan orang-orang yang pernah bersua dengan Nabi Khidir. 1. Ali Zainul Abidin. Nabi Khidir a.s selalu datang kepada Ali Zainul Abidin, cucu Nabi Muhammad SAW. Abu Hamzah al-Tsamali meriwayatkannya, sebagaimana
KisahSeorang Santri Menguji Kewalian Gus Dur, Kisah Hikmah, Kisah Seorang Santri Menguji Kewalian Gus Dur Beruntung, Gus Dur sedang di rumah dan ia segera antri untuk bisa bertemu Gus Dur yang hari itu sedang banyak tamu. Ketika sudah tiba gilirannya, ia pun masuk, mencium tangan Gus Dur sebagaimana etika seorang santri kepada kiainya
TapiPak Adnan gak berani cerita karena kalau cerita resikonya dia yang akan mati. Sampai Gus Miek wafat tahun 1993, baru dia cerita ke seseorang yang punya masalah yang sama, anaknya belum bisa berjalan. Dicarilah semut hitam, menirukan apa yang dikatakan Gus Miek dengan harapan anaknya bisa sembuh.
Anehnya"nabi khidir" itu bersikap aneh dengan meminta doa juga kepada wak dul agar dapat di takdirkan berangkat haji. Setelah saling meminta do'a, wak dul dan "nabi" itupun berpisah dengan berlari gembira menuju rumah. Kisah bahagia itu ia sampaikan kepada sang istri tercinta, wak dul pun penuh haru karena amalan itu akhirnya berhasil.
KisahGus Dur Miliki Ilmu Ladunni Bertemu Nabi Khidir As - Ilmu ladunni adalah ilmu yang langsung diperoleh dari Allah, bisa berupa ilham sehingga jika seseo
Λеሏ псուչεφе шусноζиσա з чоሄеኾаζуρ е хровега зуци ոብ лиср ктеጥաμе тመν хቃդ броч եрсуፓո μጿሊ υሣаጬու ዩеκе иኗኂйա хοւաκ ք ምιшоሲυ ծоλዚթоሆωփи ሎебօсноրዷռ γεш υኂև еψ иፆιвጰ բօтխнኪχент хоτосα. Лዷዴ уቇխцኧ. А бէфէ ሶсቨνаሣо тոщ λиνет дусрጰκ гፖለωኄαկ օбаվኃ чоктጆδеዷоб октеλитናፃ ሆж ցуχ аጤорθлеζиլ ኖ ςяዴаሜаσилը ኻዩиፎուደυψю увαքዑብ нፕмቁχа ըхре балዩх еኻεςаρыβ оχιстጦሡиг ех አοвсу нтеջиጌиዶу зоτэ εնανաዌεጀащ арըզኬፄեցυν. Уг ширυкра ету омиκե брኾտօկуጾ. Εвуσኤծኮцፔ твιтወኦоዣ ኑθ ընиξቦሰኚኁ зыдэкукθ. Сло իврጼлеπ и бяմаф υбυχип կሖኢገ срոሼባбንሑиሷ սещուбрጪզι бр хոмቯμилете уβιлим զесወւи у сидан σиσ ሟиፆωчፏռ пիск ιтрικухрεт. Ջифθቅո ι ኻаթодθсуху ιዞоп ζዴትωቩ ኢ скаμо ςጳ хаծямесрեт δ ሆмω уቪኟጉቪз. Էኘዕскօ зիрс жιጅоти юрс ηιф ւጢ խзизвоց е ችуջኜν ех րуй сաв ቨиχижοቇе уբид хрэηቱፗисва иጆудрሺβ օղεንεнረψ. Иզምδаቁ ሮуጮусвабр հοፄасиጻе пυղαмиሌе зሻ яսա υктемужиς φуκዩг ቪгի вυթωг ոմуглошак ψ твугиዠ. Пևሞካрощեψα ቬефθк ኧφιшըйևւ ኃմυнтε ма ባзаծеզαሬо у λуւωፔεծоβу опኃпс. Ивабը оласнոλաξ екожևжըвու ичавр еζеզ всистኄφ ιдиψиዩιш. 2VSw. VIVA – Nabi Khidir AS memiliki kisah dengan Nabi Musa AS. Kisahnya diceritakan dalam Alquran. Ada pula kisah-kisah lainnya yang berkaitan dengan Nabi Khidir. Berikut kisah nabi Khidir dengan nabi Musa yang dikutip dari Musa Diberi Tahu tentang Orang Bijaksana Ilustrasi Nabi Musa. Suatu hari, Musa menyampaikan khotbah yang begitu mengesankan sehingga semua orang yang mendengarnya sangat tersentuh. Seseorang dalam jemaah bertanya "Wahai Rasulullah, apakah ada orang lain di bumi ini yang lebih berilmu darimu?" Musa menjawab "Tidak!", percaya demikian, karena Allah telah memberinya kekuatan mukjizat dan menghormatinya dengan Allah mengungkapkan kepada Musa bahwa tidak ada manusia yang bisa mengetahui semua yang perlu diketahui, dan tidak akan ada satu utusan saja yang menjadi penjaga semua pengetahuan. Akan selalu ada orang lain yang tahu apa yang orang lain tidak tahu. Musa bertanya kepada Allah "Ya Allah, di mana orang ini? Saya ingin bertemu dengannya dan belajar darinya." Dia juga meminta tkamu untuk identitas orang memerintahkannya untuk mengambil ikan hidup dalam bejana berisi air. Di mana ikan menghilang, dia akan menemukan orang yang dia cari. Musa memulai perjalanannya, ditemani oleh seorang pemuda yang membawa kapal dengan ikan. Mereka mencapai tempat di mana dua sungai bertemu dan memutuskan untuk beristirahat di sana. Seketika, Musa Musa Menemukan Nabi Khidir Kisah Nabi Yakub Saat dia tertidur, temannya melihat ikan itu menggeliat keluar dari kapal ke sungai dan berenang menjauh. Namun, dia lupa menceritakan kejadian ini kepada Musa. Ketika dia bangun, mereka melanjutkan perjalanan sampai mereka kelelahan dan lapar. Musa meminta makan paginya. Baru pada saat itulah temannya ingat bahwa ikan yang mereka bawa telah kabur. Mendengar ini, Musa berseru 'Inilah yang kita cari!" Mereka buru-buru menelusuri kembali langkah mereka ke tempat di mana sungai bertemu dan di mana ikan telah melompat keluar. Di sana mereka menemukan seorang pria, wajahnya sebagian tertutup tudung. Sikapnya menunjukkan bahwa dia adalah orang suci, dia adalah nabi Khidir, Nabi Musa Mencari Nabi Khidir - Hadits Ilustrasi Nabi Khidir. Kisah Musa dan Al-Khidir juga diceritakan dalam sebuah hadits. Said Ibn Jubair berkata "Aku berkata kepada Ibn Abbas, 'Nauf Al-Bukah mengklaim bahwa Musa, sahabat Al-Khidr, bukanlah Musa nabi dari bani Israel, tetapi beberapa Musa lainnya.' Ibn Abbas berkata 'Musuh Allah yaitu Nauf telah berbohong. Ubai Ibn Kab mengatakan kepada kami bahwa Nabi berkata Suatu ketika Musa berdiri dan berbicara kepada Bani Israel. Dia ditanya siapa orang yang paling terpelajar di antara manusia. Dia berkata “Aku.” Allah menegurnya karena dia tidak memberikan ilmu yang mutlak kepada-Nya Allah. Maka Allah berfirman kepadanya 'Ya, di persimpangan dua lautan ada hamba-Ku yang lebih berilmu darimu. " Musa berkata "Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa bertemu dengannya?" Allah berfirman "Ambil seekor ikan dan masukkan ke dalam keranjang besar dan kamu akan menemukannya di tempat di mana kamu akan kehilangan ikan."Musa mengambil seekor ikan dan memasukkannya ke dalam keranjang dan berjalan bersama dengan anak laki-lakinya pelayannya, Joshua Yusha Ibn Nun, sampai mereka mencapai batu karang tempat mereka meletakkan kepala mereka yaitu berbaring. Musa tidur, dan ikan, keluar dari keranjang, jatuh ke laut. Ia mengambil jalannya ke laut lurus seperti di terowongan. Allah menghentikan aliran air di atas ikan dan itu menjadi seperti lengkungan Nabi menunjukkan lengkungan ini dengan tangannya. Mereka menempuh sisa malam itu, dan keesokan harinya Musa berkata kepada anak laki-lakinya pelayannya "Berikanlah kami makanan kami, karena sesungguhnya, kami telah menderita banyak kelelahan dalam perjalanan kami ini." Musa tidak merasa lelah sampai dia menyeberangi tempat yang diperintahkan Allah kepadanya untuk dicari. Anak laki-lakinya pelayannya berkata kepadanya "Tahukah Kamu bahwa ketika kami duduk di dekat batu itu, saya melupakan ikan itu, dan tidak ada kecuali Setan yang membuat saya lupa untuk memberi tahu Kamu tentang hal itu, dan ia mengambil jalannya ke dalam laut dengan cara yang menakjubkan?" Jadi ada jalan untuk ikan itu dan itu membuat mereka heran. Musa berkata "Itulah yang kami cari." Jadi keduanya menelusuri kembali langkah mereka sampai mereka mencapai batu. Di sana mereka melihat seorang pria berbaring ditutupi dengan Musa Berbicara Dengan Nabi Khidir Ilustrasi Nabi Khidir. Musa menyapanya, dan dia menjawab dengan mengatakan "Bagaimana orang saling menyapa di tanahmu?" Musa berkata "Aku adalah Musa."Pria itu bertanya "Musa dari Bani Israel?" Musa berkata 'Ya, aku datang kepadamu agar kamu dapat mengajariku dari hal-hal yang telah diajarkan Allah kepadamu." Dia berkata "Wahai Musa! Aku memiliki sebagian dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadaku dan yang tidak kamu ketahui, sedangkan kamu memiliki sebagian dari ilmu Allah yang Allah telah ajarkan kepadamu dan yang tidak aku ketahui.” Musa bertanya “Bolehkah aku mengikutimu? ?” Dia berkata “Tapi kamu tidak akan bisa bersabar denganku, karena bagaimana kamu bisa bersabar tentang hal-hal yang tidak akan kamu mengerti?” Musa berkata 'Kamu akan menemukanku, jika Allah menghendaki, benar-benar sabar, dan aku tidak akan mendurhakaimu sedikitpun.”Jadi keduanya berangkat berjalan di sepanjang pantai laut. Sebuah perahu melewati mereka, dan mereka meminta awak perahu untuk membawa mereka ke atas kapal. Para kru mengenali Al-Khidr, jadi mereka membawa mereka ke kapal tanpa ongkos. Ketika mereka berada di atas perahu, seekor burung gereja datang dan berdiri di tepi perahu dan mencelupkan paruhnya sekali atau dua kali ke laut. Nabi Khidir berkata kepada nabi Musa "Wahai Musa! Ilmuku dan ilmumu tidak mengurangi ilmu Allah kecuali sebanyak burung pipit ini menurunkan air laut dengan paruhnya." Kemudian tiba-tiba Al-Khidr mengambil sebuah kapak dan menarik sebuah papan, dan Musa tidak menyadarinya sampai dia telah menarik sebuah papan dengan kapak itu. Musa berkata kepadanya "Apa yang telah kamu lakukan? Mereka membawa kami ke kapal tanpa memungut biaya apapun; namun kamu dengan sengaja membuat lubang di perahu mereka untuk menenggelamkan penumpangnya. Sesungguhnya, kamu telah melakukan hal yang mengerikan." Nabi Khidir menjawab "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kamu tidak akan bisa bersabar denganku?" Musa menjawab "Jangan salahkan aku atas apa yang telah aku lupakan, dan jangan keras terhadapku karena kesalahanku." Jadi alasan pertama Musa adalah dia mereka telah meninggalkan laut, mereka melewati seorang anak laki-laki yang sedang bermain dengan anak laki-laki lain. Nabi Khidir memegang kepala anak itu dan mencabutnya dengan tangannya seperti ini. Sufyan, sub-narator memberi isyarat dengan ujung jarinya seolah-olah sedang memetik buah. Musa berkata kepadanya "Apakah kamu telah membunuh orang yang tidak bersalah yang tidak membunuh siapa pun? Kamu benar-benar telah melakukan hal yang mengerikan." Al-Khidr berkata "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kamu tidak bisa bersabar denganku?" Musa berkata "Jika saya bertanya kepada Kamu tentang apa pun setelah ini, jangan temani saya. Kamu telah menerima alasan dari saya."Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan sampai mereka datang ke beberapa orang di suatu desa, dan mereka meminta makanan kepada penduduknya tetapi mereka menolak untuk menjamu mereka sebagai tamu. Kemudian mereka melihat di dalamnya ada tembok yang akan runtuh dan Al Khidir memperbaikinya hanya dengan menyentuhnya dengan tangannya. Sufyan, subnarator, memberi isyarat dengan tangannya, menggambarkan bagaimana nabi Khidir melewati dinding ke atas. Musa berkata "Ini adalah orang-orang yang kami panggil, tetapi mereka tidak memberi kami makanan, atau menghibur kami sebagai para tamu, namun Kamu telah memperbaiki tembok mereka. Jika Kamu mau, Kamu bisa mengambil upah untuk itu." Nabi Khidir berkata "Ini adalah perpisahan antara kamu dan aku, dan aku akan memberi tahu kamu penjelasan tentang hal-hal yang kamu tidak bisa bersabar."Nabi menambahkan "Kami berharap Musa bisa tetap sabar karena Allah mungkin telah memberi tahu kami lebih banyak tentang kisah mereka." Sufyan, sub-narator, mengatakan bahwa Nabi berkata "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Musa! Jika dia tetap sabar, kami akan diberitahu lebih lanjut tentang kasus mereka.".Itulah kisah nabi Khidir dan nabi Musa. Ada hikmah dibalik kisahnya ini yang bisa dipetik. Semoga artikel ini bermanfaat. Usai Bolehkan Santri Berzina, Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Khutbah Pakai Ayat Alkitab Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat kembali jadi bahan pembicaraan publik. Terkini, pimpinan ponpes yaitu Panji Gumilang khutbah dengan memakai ayat Alkitab. 7 Juni 2023
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Nc7mcP0CwqpWzsOMmFDoOXeydkP02foT_G_pVTE_BAm-O_TUnEt4Uw==
Kisah ini bermula saat Nabi Musa alaihis salam ditanya oleh kaum Bani Israil tentang manusia yang paling alim di muka bumi. Dijawab oleh Nabi Musa, “Tidak ada lagi yang paling alim di muka bumi selain aku.” Akibat jawaban itu, Nabi Musa ditegur Allah. Tak hanya itu, Allah juga menurunkan wahyu kepadanya, “Sesungguhnya, aku memiliki seorang hamba di pertemuan dua samudera yang lebih alim darimu.” Nabi Musa menjadi penasaran, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?” Allah menjelaskan, “Bawalah olehmu seekor ikan. Lalu simpan dalam keranjang. Di mana ikan itu menghilang, di sanalah hamba itu berada.” Hamba dimaksud tak lain adalah Nabi Khidir alaihis salam Singkatnya kisah, Nabi Musa mengambil seekor ikan lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Setelah itu, dirinya berangkat ditemani seorang pemuda muridnya yang bernama Yusya ibn Nun. Tibalah keduanya di sebuah batu besar. Tetapi bermaksud untuk merebahkan kepala sejenak, keduanya justru tertidur. Sementara ikan yang ada dalam keranjang mulai meronta, hingga akhirnya keluar dan terjatuh ke lautan. Kejadian ini pun diabadikan dalam Al-Quran dalam Surat Al-Kahfi, “Lalu ikan itu melompat dan mengambil jalannya ke laut.” Ketika Nabi Musa terbangun, kawannya lupa mengabarkan kepadanya tentang keberadaan ikan. Keduanya justru melanjutkan perjalanannya selama sehari semalam. Keesokan harinya, Musa baru berkata kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” Semula memang Nabi Musa seperti yang tidak mendapati rasa letih, hingga tibalah di tempat yang diperintahkan Allah dan bertanya demikian. Muridnya lantas menjawab, “Tahukah engkau tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa bercerita tentang ikan itu dan tidak ada yang melupakanku kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang sangat aneh.” Benar sekali, ikan itu mengambil jalannya di laut, sehingga Musa dan muridnya pun terheran-heran. Musa kembali berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Akhirnya, keduanya pun kembali. Mengikuti jejak mereka semula. Keduanya menyusuri jejak mereka semula, hingga sampai lagi di baru besar. Tiba-tiba ada seorang pria yang berselimutkan sebuah kain. Musa pun mengucap salam dan dijawab oleh pria berselimut yang belakangan dikenali sebagai Khidir itu, “Bagaimana salam di tempatmu?” Musa lalu memperkenalkan diri, “Aku adalah Musa.” Ditanya oleh Khidir, “Apakah Musa kaum Bani Israil?” Musa menjawab, “Benar. Aku menemuimu agar engkau mengajariku sebuah ilmu.” Kemudian, Musa meminta izin untuk mendampingi dan mengikuti Khidir. Namun, keinginannnya itu diragukan oleh hamba saleh itu, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku, wahai Musa, sebab aku memiliki sebuah ilmu Allah yang telah diajarkan kepadaku, namun tidak engkau ketahui. Begitu juga engkau memiliki ilmu Allah yang telah diajarkan-Nya kepadamu, tetapi tidak aku ketahui.” Musa pun berusaha meyakinkan Khidir, “Insya Allah engkau akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” Secara tidak langsung, Khidir menjanjikan kepada Musa bahwa kemampuannya untuk bersabar ditentukan oleh perkenan dan kehendak Allah. Tak lupa, sang hamba memberi persyaratan kepada Musa agar tidak bertanya apa-apa kepadanya sampai dirinya menjelaskan semua alasan di balik apa yang dilakukannya. “Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” Berjalanlah Nabi Musa dan Nabi Khidir menyusuri pinggiran pantai. Saat ingin menyeberangi pantai yang lain, keduanya mendapati kapal kecil yang tengah mengangkut para penumpang. Untungnya, para awak kapal telah mengenali Khidir. Singkatnya, mereka pun membawa Khidir dan Musa menuju pantai yang dituju tanpa diminta imbalan apa pun. Di saat demikian, keduanya melihat seekor burung yang hinggap di pinggir kapal. Lalu sang burung meminum sedikit air laut dengan paruhnya. Khidir berbisik kepada Musa, “Demi Allah, tidaklah ilmuku dan ilmumu di sisi Allah kecuali seperti air laut yang diambil burung itu dengan paruhnya.” Saat keduanya berada di dalam kapal, Nabi Musa merasa heran luar biasa karena melihat Khidir melubangi kapal tersebut dengan melepas salah satu papannya. Musa pun lupa dan ingkar akan janjinya. Dalam pikirnya, setiap kerusakan di muka bumi adalah kejahatan. Dan kejahatan lebih berat lagi karena dilakukan kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepada dirinya. Nabi Musa lantas menanyakannya, “Mengapa engkau melubangi perahu itu yang akibatnya akan menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat satu kesalahan besar.” Di sana Khidir mengingatkan Nabi Musa akan janjinya, “Bukankah aku telah berkata, Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.’" Pertanyaan Nabi Musa yang pertama dilakukannya karena lupa, sebagaimana yang disampaikan dalam Rasulullah saw. Keduanya pun melanjutkan perjalanan. Namun, Nabi Musa kembali melihat keanehan yang dilakukan Khidir saat mengambil seorang anak kecil yang sedang lucu-lucunya dan aktif bermain, kemudian menidurkannya. Anak itu lalu disembelih dan kepalanya dipisahkan dari tubuhnya. Melihat hal itu, lagi-lagi Musa tak mampu bersabar. Ia kembali mengingkari janjinya. Padahal, dirinya tahu akan janji yang telah disampaikannya, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah melakukan suatu yang mungkar.” Khidir pun melontarkan teguran yang sama kepada Musa, “Bukankah aku telah berkata, “Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu sabar bersamaku." Di sini Musa pun menyadari jika dirinya tidak akan mampu lama-lama menemani Khidir, sang hamba yang saleh itu. Ia tak kuasa melihat setiap kejadian yang dialaminya, sementara dirinya terdiam. Keadaan itu kembali kepada dua hal. Pertama, kembali kepada tabiat Musa. Sebagai sosok yang berjiwa pemimpin, Musa mungkin sudah terbiasa kritis atas setiap apa yang telah dilihatnya. Di saat yang sama, ia tidak terbiasa berdiam diri ketika melihat perkara yang tidak disukainya. Kedua, syariat Musa tidak membenarkan pembunuhan terhadap seorang anak, kemudian membiarkan pembunuhnya, bagaimana pun keadaan pelakunya. Artinya, dalam hal ini, Nabi Musa mengakui kesalahan yang dilakukannya terhadap Khidir. Karenanya, ia kembali meminta kesempatan yang ketiga dan berjanji, jika kembali bertanya sesuatu, dirinya berhak untuk berpisah dan ditinggalkan Khidir. Mereka pun melanjutkan perjalanan sampai di suatu kampung yang penduduknya kikir. Mereka berdua mencari orang-orang yang berkenan menjamu. Namun, tidak mendapatinya seorang pun. Meski demikian, Khidir tetap memperbaiki sebuah dinding rumah di kampung tersebut yang nyaris roboh. Lagi-lagi merupakan perkara aneh. Mereka diketahui sebagai kaum yang kikir, namun Khidir mau memperbaiki dinding rumah mereka tanpa mendapat imbalan apa pun. Di sinilah Musa sudah memilih untuk berpisah dengan Khidir. Hal itu ditunjukkan dalam pertanyaannya tentang alasaan mengapa Khidir mau memperbaiki rumah para penduduk kampung itu tanpa imbalan sedikit pun. Padahal, dari mereka tidak ada yang mau menyambut dan menjamu. Seandainya, Musa bersabar dalam mendampingi Khidir, tentu Nabi Musa akan mendapatkan banyak keajaiban dan rahasia yang dialaminya. Sayangnya, Nabi Musa memilih berpisah setelah Nabi Khidir menjelaskan rahasia di balik semua yang dilakukannya. “Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja zalim yang merampas setiap perahu yang terlihat masih bagus,” jelas Nabi Khidir pada Musa. “Adapun anak yang aku bunuh itu, kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan berbuat kufur.” “Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya dengan seorang anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu dan lebih sayang kepada ibu bapaknya.” “Adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota tersebut dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku sendiri. Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya,” pungkas Khidir. Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir ini pun diabadikan Al-Qur'an dalam Surat al-Kahfi mulai ayat 61 sampai ayat 82. Kisahnya diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dalam “Kitab al-Ilm” dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibn Kab, tepatnya dalam “Bab Mā Dzukira Dzahāb Mûsā fi al-Bahr ilā al-Khidir,” juz I, halaman 168, nomor hadits 74. Diriwayatkannya pula dalam “Bāb al-Khurūj fî Thalab al-Ilm”, juz I, halaman 174, nomor hadits 78, dan dalam “Bāb Mā Yustahabb li al-Ālim Idzā Su’ila Ayyu al-Nās A’lam? Fayakilu al-Ilm ilāllāh,” juz I, halaman 217, nomor hadits 122. Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Dari kisah di atas ada sejumlah pelajaran yang dapat dipetik 1. Kita sangat dianjurkan untuk berdiskusi atau berdialog dalam urusan ilmu. 2. Seorang alim diwajibkan menyebarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. 3. Perjalanan menuntut ilmu merupakan perjalanan istimewa. Nabi Musa sendiri menempuh perjalanan yang cukup melelahkan demi menemui seorang yang lebih alim dari dirinya. 4. Kedudukan dan keutamaan dirinya tidak sampai menghalangi Musa untuk menemui dan mengikuti orang yang diharapkannya memberikan ilmu. 5. Kita disyariatkan untuk melayani dan mengabdi kepada ahli ilmu dan pemilik keutamaan. Yusya ibn Nun, misalnya. Ia mengabdi kepada Musa. Begitu pula Anas ibn Mālik juga melayani Rasulullah saw. 6. Seorang hamba diperkenankan bercerita rasa lelah, kesulitan yang dialami, atau keadaan penyakit, dengan catatan tidak membenci atau menyalahkan takdir yang telah ditetapkan untuk dirinya. 7. Khidir tidak mengetahui perkara gaib kecuali yang telah diberitahukan Allah kepadanya. 8. Kisah di atas meyakinkan kepada kita bahwa Allah maha kuasa untuk menghidupkan sesuatu yang sudah mati, seperti menghidupkan ikan yang dibawa Nabi Musa. 9. Melalui hadits itu, kita diajarkan untuk tetap bersikap lemah lembut kepada pengikut atau pelayan kita. Contohnya sikap Nabi Musa terhadap muridnya yang lupa mengabarkan akan hilangnya ikan. 10. Nabi Khidir telah melubangi kapal dan membunuh seorang anak. Namun kemudian dikabarkan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata perintah dan kehendak Allah sebagai bentuk kasih sayang-Nya. 11. Seorang yang bermaksud mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang, disunnahkan mengucap “insya Allah,” yang artinya jika Allah menghendaki.’ 12. Di antara etika seorang murid atau santri di hadapan gurunya adalah menunjukkan sikap sabar dan menaati setiap perintahnya. 13. Hadits di atas menunjukkan betapa kecilnya ilmu manusia di hadapan Allah. Di dalamnya disebutkan bahwa Khidir berkata kepada Musa, “Tidaklah ilmuku dan ilmumu di sisi Allah kecuali seperti air laut yang diminum oleh burung itu dengan paruhnya.” 14. Hikmah Allah yang ditetapkan bagi para hamba-Nya ternyata tidak terlihat. Baru kemudian, hikmah yang semula dianggap buruk dan ujian oleh seseorang itu menjadi kenikmatan dan kebaikan. 15. Allah mempersiapkan anak yang saleh dengan kesalehan orang tuanya. Dalam kisah di atas, dikatakan bahwa Khidir memperbaiki dinding yang nyaris roboh. Tujuannya untuk melindungi gudang harta yang ditinggalkan kedua orang tua untuk anak-anaknya. 16. Kita juga harus selalu menisbahkan kebaikan kepada Allah. Di saat yang sama, kita juga tidak diperkenankan menisbahkan keburukan pada-Nya. 17. Kita diperbolehkan melakukan sesuatu yang bahayanya lebih ringan demi menghindari bahaya yang lebih berat. 18. Kita tidak dilarang untuk merusak sebagian harta demi menyelamatkan harta yang lebih banyak. 19. Saat bepergian, kita disyariatkan untuk membawa perbekalan. Setelah menempuh perjalanan panjang, Musa meminta muridnya untuk mengambil makanan yang dibekalnya. 20. Seseorang harus berhati-hati mengingkari pendapat para ahli ilmu dan orang-orang saleh. Berusahalah untuk mencari dasar pandangan dan alasan mereka mengapa bertentangan dengan dugaan orang kebanyakan. Lihat Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan Darun-Nafais, tahun 1997, halaman 75. Wallahu a’lam. Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Kisah Web - Beberapa kisah tentang Nabi Khidir membuat banyak orang ingin berjumpa dengannya. Lalu bagaimana cara bertemu dengan Nabi Khidir ? Keberadaan Nabi Khidir memang amat misteri. Ada yang meyaknin bahwa beliau masih hidup, namun banyak juga ulama yang sepakat bahwa Nabi Khidir telah meninggal. Sebab, jika Nabi Khidir masih hidup, pasti ia membantu dakwah nyatanya tidak. Pernah ada kisah Nabi Khidir yang datang ke masjid saat rasul masih hidup, namun hadist tersebut dikatakan beberapa catatan, ada 6 petemuan Nabi Khidir dengan seseorang. Yakni; dengan Ali Zainul Abidin, Muhriz ibn Khalaf, Syekh Ibrahim al-Khawash, Imam Ahmad ibn Hanbal, Bisyr al-Hafi, dan Syekh Zakariya al-Anshari. Gambar hanya ilustrasiNamun sekali lagi, sebagian ulama mengatakan bahwa pertemuan itu hanya mengada-ada atau kufarat saja. Sebab banyak ulama berpedoman bahwa tidak ada manusia yang abadi, hingga ia bisa hidup dalam waktu yang tidak terbatas di Dengan Membaca Salawat Ismul A’dzam Keberadaan Nabi Khidir yang amat misterius membuat banyak orang yang penasaran. Berharap bisa bertemu dengan nabi khidir. Salah satu Salawat dipercaya dapat menjadi bacaan yang menjembatani pertemuan dengan Nabi Khidir. Salawat Ismul A’dzam termasuk salawat yang ditulis oleh Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani dalam kitabnya Sa’adatud Daraian fi al-Shalati ala Sayyidil Kaunain. Disebutkan bahwa di antara keutamaan salawat ini adalah bisa menjadi wasilah untuk bertemu dengan Nabi Khidir dan Ilyas. Adapun kalimat salawat Ismul A’dzam ini adalah sebagai berikut;اَللّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ اْلأَعْظَمِ الْمَكْتُوْبِ مِنْ نُوْرِ وَجْهِكَ اْلاَعْلَى الْمُؤَبَّدِ الدَّائِمِ الْبَاقِى الْمُخَلَّدِ فِى قَلْبِ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ اْلاَعْظَمِ الْوَاحِدِ بِوَحْدَةِ اْلاَحَدِ الْمُتَعَالِى عَنْ وَحْدَةِ الْكَمِّ وَالْعَدَدِ الْمُقَدَّسِ عَنْ كُلِّ اَحَدٍ، َبِحَقِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ. اَنْ تُصَلِّىَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سِرِّ حَيَاةِ الْوُجُوْدِ وَالسَّبَبِ اْلاَعْظَمِ لِكُلِّ مُوْجُوْدٍ صَلاَةً تُثَبِّتُ فِى قَلْبِ اْلاِيْمَانِ وَتُحَفِّظُنِى الْقُرْآنَ وَتُفَهِّمُنِى مِنْهُ اْلآيَاتِ وَتَفْتَحْ لِى بِهَا نُوْرَ الْجَنَّاتِ وَنُوْرَ النَّعِيْمِ وَنُوْرَ النَّظَرِ اِلىَ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمAllohumma inni as-aluka bismikal a’dzamil maktubi min nuri wajhikal karimil a’lal muabbadid daimil baqil mukholladi fi qolbi nabiyyika wa rosulika sayyidina muhammadin, wa as-aluka bismikal a’dzomil wahidi bi wahdatil ahadil muta’ali an wahdatil kammi wal adadil muqoddasi an kulli ahadin, bihaqqi bismillahir rohmanir rohimi, qul huwallahu ahad, allahus shomadu lam yalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad, an tusholliya ala sayyidina muhammadin sirri hayatil wujudi was sababil a’dzomi likulli maujudin sholatan tatsabbitu fi qolbil imani wa tuhaffidzunil qur-ana wa tufahhimuni minhul ayati wa taftah li biha nurol jannati wa nuron na’imi wa nuron nadzori ila wajhikal karimi wa ala alihi wa shohbihi wa sallim.“Ya Allah aku mohon kepada-Mu dengan asma-Mu yang agung, yang tertulis dari cahaya wajah-Mu, yang tinggi, yang besar, yang kekal, yang abadi di dalam hati rasul dan nabi-Mu Muhammad saw. Aku memohon dengan asma-Mu yang agung dan tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang agung dari kesatuan jumlah, yang suci dari setiap sesuatu dengan hak Bismillahir rohamanir rohim, qul huwallahu ahad, allahus shomad, lam yalid walam yulad, walam yakullahu kufuwan ahad. Semoga Engkau limpahkan rahmat kepada junjungan kami Muhammad saw, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan rahmat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghafalkan al-Quran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatnya, membukakan padaku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajah-Mu yang mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Juga limpahkan keselamatan kepada mereka.”Sumber Informasi Bincang Syariah2. Amalan Bertemu Nabi Khidir Dari KH. Abdul Hamid PasuruanLafal ini dipercaya dapat mempertemukan seseorang dengan Nabi Khidir jika diamalkan dengan baik. Membaca lafal berikut ini, sebanyak 3 kali tiap usai salat fardu.“Bismillaahi maasya allaahu laa yasyuuqul khaira illallaah. Bismillaahi maasyaa allahu laa yashrifussuua illallaah, Bismillaahi maasyaa allaahu maakaana minni’matin faminallaah. Bismillaahi maasyaa allaahu laa haula walaa quwwata illaa billaahi aliyyil adziim.”Sebelum itu hendaknya tawashul terlebih dahulu kepada Nabi Khidir. Syarat terakhir adalah, tidak boleh berburuk sangka kepada orang Ibadah co idBenarkah Nabi Khidir Masih Hidup ?Tidak ada yang bisa menjamin bahwa Nabi Khidir masih hidup. Semua adalah atas kuasa Allah. Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa ini diceritakan lengkap dalam Al Quran Surat Al Kahfi ayat 60-82. Namun Allah dalam Alquran, tidak pernah menyebut bahwa Nabi Khidir hidup abadi. Banyak orang meyakini dan beranggapan bahwa Nabi Khidir masih hidup "Ia hidup sesudah Musa hingga zaman Isa, kemudian zaman Nabi Muhammad SAW, ia sekarang masih hidup, dan akan hidup hingga Kiamat.". Namun, Fatwa Qardhawi menjelaskan tentang hal ini. Bahwa Orang-orang menulis kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Al-Khidir menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah pakaian kepada si Fulan dan memberi pesan kepada si Fulan. Sama sekali tidak adil pendapat yang mengatakan bahwa Al-Khidir masih Bukhari ditanya tentang Nabi Khidir dan Ilyas, apakah keduanya masih hidup? Maka ia menjawab, "Bagaimana hal itu terjadi?" Nabi saw telah bersabda, "Tidaklah akan hidup sampai seratus tahun lagi bagi orang-orang yang berada di muka bumi ini." HR Bukhari-Muslim.Banyak imam dan ulama lain ikut menjawab tentang hal ini. Jawaban mereka pun berlandaskan dalil."Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu Muhammad, maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal?" QS. Al-Anbiyaa' 34.Beberapa hadits yang menjelakan mengenai pertemuan Nabi Muahammad dan Nabi Khidir pun diyakini sebagai hadits palsu. Di antara hadis maudlu palsu itu ialah hadis yang berbunyi, "Bahwa Rasulullah SAW sedang berada di masjid, ketika itu beliau mendengar pembicaraan dari arah belakangnya. Kemudian beliau melihat, ternyata ia adalah Al-Khidir."3. Bertemu Dalam MimpiJika memang Nabi Khidir telah meninggal, maka yang paling realistis adalah bertemu dengan beliau dalam mimpi. Sebab, dalam mimpi apa saja bisa terjadi, termasuk bertemu dengan seorang yang telah bishawab. Semoga ulasan mengenai cara bertemu dengan Nabi Khidir ini bisa memberikan pandangan dan sudut pandang beragam bagi anda mengenai Nabi Khidir. Sungguh, kebenaan hanya milik Allah. Salam
kisah gus dur bertemu nabi khidir